Tokoh

Po Adam Pada Simbol Kota Salem akan dihapus, Mualem Resmi Surati Amerika Minta Dipertahankan

Banda Aceh – Gubernur Aceh, Muzakir Manaf, mengirimkan surat resmi kepada Gubernur Massachusetts, Maura Healey, dan Pemerintah Kota Salem, Amerika Serikat, untuk mempertahankan lambang Kota Salem yang menampilkan figur pria bersorban dari Timur. Figur itu diyakini sebagai Po Adam, seorang tokoh Aceh dari abad ke-18. Dalam surat itu, Gubernur Muzakir menegaskan bahwa lambang tersebut merupakan simbol langka dari hubungan historis antara Aceh dan Salem melalui jalur perdagangan lada. Dilansir dari titik.co.
Surat dengan judul Letter of Support for Preserving the Historic Seal of the City of Salem itu tertanggal 18 Juli 2025 dan juga ditembuskan kepada anggota parlemen Amerika Serikat serta Duta Besar AS untuk Indonesia. Gubernur Aceh menawarkan agar lambang itu dijadikan titik tolak memperkuat kerja sama budaya, pendidikan, hingga penjajakan kota kembar antara Banda Aceh dan Salem.
Upaya diplomasi ini dilakukan di tengah rencana Pemerintah Kota Salem yang sedang mengevaluasi lambang resmi mereka. Logo yang digunakan sejak 1839 itu mulai dipersoalkan karena dianggap menyimpan stereotip kolonial dan visualisasi rasial.
Pemerintah Kota Salem membentuk City Seal Task Force pada akhir 2024. Gugus tugas ini bertugas melakukan kajian sejarah, konsultasi publik, serta pengumpulan desain alternatif dalam waktu 18 bulan. Warga Salem dapat menyampaikan pendapat mereka melalui forum daring dan formulir dalam Bahasa Inggris maupun Spanyol. Dilansir dari pinto.co.

Figur Po Adam: Simbol Diplomasi atau Warisan Kolonial?

Logo Kota Salem menampilkan seorang pria Timur dengan jubah biru, celana merah, sabuk kuning, dan sorban putih, sambil memegang payung terbuka. Di latar belakang terdapat kapal layar dan pohon palem, menandakan hubungan dagang Salem dengan Asia Tenggara. Dilansir dari beritamerdeka.net.
Figur dalam logo itu diyakini sebagai Po Adam, seorang ulee balang dari wilayah barat Aceh yang tercatat dalam sejarah perdagangan lada dengan Salem. Ia dikenal sebagai tokoh yang menyelamatkan Kapten Charles Endicott dari pembantaian atas awak kapal Friendship di Kuala Batee pada 1831.
Dalam surat yang ditulisnya kepada saudagar Joseph Peabody, Po Adam mengaku bahwa bantuannya kepada pelaut Amerika membuatnya dibenci oleh kaumnya. Rumahnya dibakar dan hartanya musnah. Meski begitu, ia memilih berdiri di pihak Amerika dalam insiden tersebut. Dilansir dari Museum Peabody Essex, Salem.
George Peabody, Ketua Dewan Kota Salem saat itu, dan anak dari Joseph Peabody, kemudian memasukkan figur Po Adam ke dalam lambang resmi kota pada 1839 sebagai bentuk penghormatan. Dilansir dari pinto.co.

Jejak Dagang Aceh-Amerika yang Terabaikan

Antropolog Aceh, Reza Idria, menilai wacana penghapusan Po Adam dari lambang kota sebagai bentuk pemutusan hubungan sejarah lintas benua. Ia mendorong agar masyarakat Aceh bersuara, bahkan mengusulkan agar dibuat petisi dan pendekatan budaya ke Pemerintah Kota Salem.
Reza menyebut, sejak 1654 hingga 1846, tak kurang dari 179 kapal dari Amerika berlayar ke Aceh untuk membeli lada. Hubungan dagang ini bahkan dimulai sebelum kemerdekaan Amerika Serikat. Pada 1793, pelaut Salem bernama Jonathan Carnes memelopori jalur dagang lada dari Sumatra langsung ke Salem, tanpa melalui monopoli Belanda. Dilansir dari pinto.co.
Dalam catatan sejarawan Anthony Reid, kawasan pesisir barat Aceh seperti Susoh dan Trumon merupakan penghasil utama lada pada akhir 1700-an hingga awal 1800-an. Kapal-kapal dari Salem mengambil langsung komoditas tersebut dari pelabuhan-pelabuhan lokal.
Di tengah perdebatan di Salem, suara kontra terhadap penghapusan lambang juga menguat. Anggota Dewan Kota Salem, Cindy Jerzylo, menyebut bahwa sejak kecil ia menganggap lambang tersebut sebagai bentuk penghormatan kepada masyarakat Sumatra yang telah berperan besar dalam sejarah Salem. Dilansir dari Patch.com.
Kini, keputusan akhir mengenai nasib lambang tersebut berada di tangan gugus tugas yang akan menyampaikan rekomendasi mereka kepada wali kota dan dewan kota Salem pada September 2026. Sementara itu, dari Aceh, dukungan terus mengalir agar Po Adam tetap berdiri di lambang kota sebagai simbol diplomasi lada yang menyambungkan dua benua, dua bangsa, dan dua zaman.

Redaksi

Share
Published by
Redaksi

Recent Posts

Putar Musik di Tempat Usaha, Wajib Bayar Royalti?

Jakarta – Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual (DJKI) menegaskan setiap pelaku usaha yang memutar musik di…

20 jam ago

BI Luncurkan Payment ID, Transaksi Digital Terhubung ke NIK Mulai 17

Jakarta – Sistem keuangan digital Indonesia akan memasuki era baru. Tepat pada 17 Agustus 2025,…

3 hari ago

Bendera One Piece Berkibar Jelang HUT RI ke-80, Simbol Perlawanan atau Aksi Provokatif?

Jakarta - Menjelang Hari Ulang Tahun ke-80 Republik Indonesia, simbol bajak laut fiksi One Piece…

4 hari ago

Serapan Anggaran Aceh Seret, Puluhan SKPA Alami Deviasi Negatif

Aceh – Realisasi serapan anggaran Pemerintah Aceh hingga akhir Juli 2025 tercatat masih jauh dari…

4 hari ago

DPR Setujui Abolisi Tom Lembong, Kejagung: Kami Akan Pelajari

Jakarta – Presiden Prabowo Subianto mengusulkan pemberian abolisi kepada mantan Menteri Perdagangan Thomas Trikasih Lembong…

5 hari ago

Truk Batu Bara Diduga Kuasai Solar Subsidi, Warga Minta Pertamina Tindak SPBU Nakal

Meulaboh – Antrean panjang kendaraan kembali terlihat di sejumlah SPBU di wilayah barat Aceh, Kamis,…

5 hari ago

This website uses cookies.